Kamis, 31 Maret 2011

"Klasik", Bertunasnya Eksploitasi Wanita*


Oleh: Vissiana Rizky Sutamin
            Setiap bulan memang punya keistimewaan masing-masing, termasuk bulan Maret. Banyak hari-hari penting di bulan ini. Diantaranya, Hari KOSTRAD tanggal 6 Maret, Hari Perempuan Internasional ditanggal 8 Maret, Hari Musik Nasional 9 Maret, Hari Air Sedunia tanggal 22 Maret dll. Nah, ada yang tahu tidak ada apa dibalik 30 Maret 2011? Ya, Hari Film Nasional.
Menyoroti fenomena industri perfilman Indonesia memang tidak akan ada habisnya. Mulai dari perkembangan, inspirasi, produksi, kontroversi sampai pro kontra sebuah film. Namun, pernahkah teman-teman memperhatikan film-film yang banyak beredar di Indonesia kini? Bila diperhatikan, seiring berjalannya waktu,  eksploitasi wanita dalam film semakin marak saja, baik disadari maupun tidak.
Kita semua tentu sangat mengapresiasi “kemajuan” perfilman di Indonesia dan bersyukur dengan mulai bermunculannya film-film yang sarat akan inspirasi dan hikmah seperti Laskar Pelangi, Rumah Tanpa Jendela, Alangkah Lucunya Negeri Ini dll.
Namun, keprihatinan pun kian mendalam seiring maraknya film-film berisikan eksploitasi wanita, seks, kekerasan dan free lifestyle. Coba perhatikan film-film yang kini mulai banyak beredar. Semua dihiasi oleh sosok wanita. Mulai dari film bertemakan “cinta”, “seks” sampai film horror. Wanita seolah menjadi daya tarik sendiri guna meraup keuntungan produksi sebanyak-banyaknya. Atau lebih lucunya lagi bisa kita lihat dalam iklan. Hampir semua iklan diperankan oleh wanita, baik utama maupun figuran, bahkan hanya pada iklan ban yang tentu tidak ada kaitannya dengan sosok wanita.
Persoalan eksploitasi wanita bukanlah perkara tunggal. Dibalik itu semua ada degradasi moral, kehancuran pola fikir masyarakat, perubahan sikap, perilaku dan gaya hidup bahkan sampai perkara uang atau ekonomi. Sehingga sangat tidak bijak jika kita menyimpulkan penyebab persoalan ini hanya dari satu aspek saja.
Memang, ini laksana lingkaran setan yang sulit diterka dimana ujungnya. Namun, kepedulian kita terhadap masa depan bangsa sangatlah berharga. Walaupun kepedulian tersebut dibuktikan dengan hal-hal yang sederhana atau tindakan-tindakan praktis.
Ya, kawan-kawan. Tindakan praktis yang istiqomah bisa membawa perubahan, yakinlah. Mulailah dengan mengingatkan orang-orang terdekat kita akan bahaya film-film yang hanya menyuguhkan eksploitasi wanita, pornografi, pornoaksi dan kekerasan. Ajak mereka agar sadar dan mau melepaskan diri dari kerangkeng pembodohan pihak-pihak yang hanya berorientasi pada keuntungan semata.
Ingat, moral bangsa Indonesia kian terkikis dengan banyaknya tontonan yang sama sekali tidak memberi tuntunan. Banyak dari mereka beralasan seni, tapi apakah teman-teman sepakat bahwa sesuatu yang merusak itu dikatakan seni? Sungguh miris, terlebih ketika pelaku pornoaksi dan pornografi yang notabene perempuan itu justru bangga dengan perilakunya tersebut. Hanya karna uang, mereka justru dengan ikhlas mau diekploitasi dengan melakukan adegan-adegan yang tidak layak.
Akan seperti apa bangsa ini kawan, jika masyarakatnya saja hanya disuguhi tontonan-tontonan busuk perusak moral. Kalau ini tetap dibiarkan, mungkin kelak atau bahkan dalam waktu dekat ini akan bermunculan DP-DP yang baru, Jupe-Jupe yang baru, atau mungkin Miyabi-Miyabi yang baru, Naudzubillahimindzalik..
Tentu besar harapan kita jika kemudian pemerintah bisa menunaikan janjinya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan bisa menjalankan UU Anti Pornografi dan Pornoaksi secara maksimal. Para pelaku industry film termasuk para aktrisnya bisa sadar sehingga menyuguhkan sebuah tontonan yang bisa jadi tuntunan, bukan hanya tontonan dengan orientasi keutungan materil semata hingga kemudian dengan bangga memberikan sumbangsih degradasi moral pada negeri ini.Lembaga Sensor Film sebagai pihak yang berwenang bisa berkontribusi lebih maksimal dalam memfilter film-film yang akan beredar. Para orang tua bisa mengawasi apa-apa yang menjadi tontonan dan hiburan putra-putrinya. Dan tentunya kita sebagai generasi muda yang peduli pada negeri tercinta ini, bisa ikut berkontribusi sekecil apapun untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Wallahua’lam bishowab..
Stop Eksploitasi Perempuan!!
Stop pornografi, pornoaksi dan kekerasan!!
Hidup perempuan Indonesia!!
Hidup MORAL Bangsa Indonesia!!
Hentikan menjejali kami dengan tontonan-tontonan perusak moral!!
Hidup INDONESIA…!!

*Refleksi 61 tahun perfilman Indonesia, 30 Maret 2011 (Hari Film Nasional).