Jumat, 18 November 2016

Intuisi #2




“Wahai Jelaga Tiga Sangkakala, aku bukanlah orang jahat..”

Kay, hidup adalah pilihan. Klasik ya, tapi begitu adanya. Dan pilihan berat harus dia pilih saat suara itu muncul. Suara yang sudah tidak asing bagi kita, namun masih begitu asing bagi dia. Ini aku tulis percakapan antara dia dan suara itu, ku buat berurutan agar kamu mudah memahaminya.


Suara itu          : “Siapakah dia yang lain yang sedang bersamamu itu?”

Dia                  : “Dia yang lain itu adalah temanku.”

Suara itu          : “Teman? Adakah artinya bagimu?”

Dia                  : Terdiam cukup lama, “Banyak, dia yang lain itu amat berarti buatku. Bila dia yang lain itu tidak ada, tetiba saja kakiku menjadi lemah, aku berjalan tapi seperti melayang, dadaku terasa sesak dan aku pun jadi demam.”

Kamis, 17 November 2016

Bicara Iman dengan Seorang Katolik



Kasus penistaan agama yang diduga dilakukan oleh Gubernur non aktif Basuki Tjahaya Purnama atau lebih kita kenal dengan nama Ahok ternyata berpengaruh besar pada kehidupan masyarakat sehari- hari. Bahkan dikantor, kasus tersebut hampir masuk ke semua tema pembicaraan orang- orang. Kadang jadi kikuk juga, teman dekat saya, satu kantor satu ruangan, meja kerjanya tepat disebelah meja kerja saya, dia seorang Katolik taat.

Bukan apa- apa, saya hanya selalu membayangkan, bagaimana perasaannya ya saat Ahok begitu dibenci, saat tertuduh dari ini semua adalah seorang Kristen, ah saya pasti akan merasa tidak nyaman. Ya meskipun perlu digaris bawahi bahwa Muslim (termasuk apa yang saya rasakan) SAMA SEKALI TIDAK SEDANG MEMERANGI KRISTEN, CINA, ATAU APALAH ITU. TAPI INI TENTANG APA YANG ADA DALAM JIWA KAMI, YANG TIDAK SEMUA ORANG AKAN MENGERTI. Tapi tetap saja tidak akan nyaman, banyak celah- celah yang bisa jadi praduga, tersinggung sedikit atau banyak pasti akan ada.

Rabu, 16 November 2016

Intuisi #1




Tiada satu pun peperangan didunia ini yang tidak menggoreskan luka, menumpahkan darah dan membuang banyak sekali waktu, tenaga, fikiran, uang. Kematian adalah milik mereka yang terbunuh. Keletihan dan kepayahan adalah milik mereka yang membunuh. Tidak ada yang tidak tersakiti disini. Semua dengan lukanya masing-masing.

Jika peperangan melawan diri sendiri punya luka yang sama dengan peperangan melawan orang lain, mungkin kini diri ini tidak akan berbentuk. Terserah orang mau bilang apa, tapi benar rupanya bahwa luka dan darah pada perang ini juga tidak sedikit.

Seseorang berkata, kebenaran justru sering muncul pada apa- apa yang tidak nampak. Luka yang lebih dalam justru tidaklah terlihat oleh mata lahir. Tapi syukurlah karena beberapa dari manusia Tuhan beri kekuatan untuk membuat berbagai “kepalsuan” untuk menutupi lukanya.