Selasa, 18 September 2012

Saya ingin “Meledak"





Katanya rasa kesal, emosi, kecewa atau marah adalah hal yang wajar. Sampai detik ini saya masih seorang manusia. Alhamdulillah. Meski banyak orang yang mempertanyakan mengapa saya tidak suka marah. Terkadang mereka juga penasaran dan mencari-cari kesempatan untuk melihat saya marah. Tapi percayalah, saat ini saya sedang marah. Sangat marah. Saking marahnya saya jadi tidak bernafsu untuk marah. Saking marahnya saya justru bingung harus melakukan apa. Marah ternyata tidak enak. Menyakitkan.
Banyak sebab, sebetulnya sudah lama. Tapi kali ini benar-benar keterlaluan. Entahlah, mungkin kebodohan saya yang membuat saya terlambat menyadari semuanya. Pak Asep Rohmat (guru ngaji) selalu bilang, “Kritisi dulu, lihat lebih dekat. Jangan asal tendang!”
Ah, menyebalkan. Rasanya tidak tahu apa-apa jauh lebih baik dari pada tahu duduk persoalannya tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Eh, tapi tak tahu apa-apa juga tak baik. Jangan mau dibodohi. Bukankah kita sekolah adalah agar menjadi pintar? Bukankah kita belajar agar kita menjadi orang yang cerdas dalam menjalani hidup?
Otak saya yang pas-pasan sudah mengeluarkan asap, baunya seperti nuget goreng yang gosong saat masak tadi sore. Padahal apa yang saya pikirkan sederhana, “Bagaimana caranya saya memberi pelajaran pada kecerobohan Metro TV dan bagaimana caranya saya bisa “menjitak” kepala Nakoula Basseley Nakoula dan antek-anteknya?”. Untuk sementara itu saja dulu.
Saya sangat marah, terutama dengan menyeruaknya pemberitaan media akhir-akhir ini. Saya cengeng, saya hanya bisa menangis karena amarah saya tak bisa saya lampiaskan. Apa jurnalis amatir seperti saya bisa berbuat sesuatu? Sedang untuk menelpon media dan berpendapatpun sambungannya diputus sepihak.
Menulis. Setidaknya ini membantu saya lebih tenang. Allah Maha Mengetahui segala isi hati hamba-Nya. Lakukan sesuatu, apapun itu! Bukankah Allah melihat proses bukan hasil?
Saya berdoa, semoga semua terbalaskan. Sekarang atau nanti. Oleh orang lain atau oleh saya. Saya belum memaafkan Metro TV atas pelanggaran HAM yang mereka lakukan (terutama pada edisi “Generasi Baru Teroris” yang menyebutkan ekstrakulikuler keagamaan di mesjid-mesjid adalah tempat perekrutan teroris). Juga, saya tidak akan memaafkan Nakoula Basseley Nakoula dkk atas kebodohan mereka membuat film “Innocent of Muslim”. Siapapun yang melecehkan, merusak atau mengobrak-abrik Islam. Demi Allah tidak akan saya maafkan.
Semua pasti terbalaskan, tinggal menunggu waktu!!

Rumah, 18 September 2012, 2:59
Vissiana Rizky Sutarmin