Sabtu, 05 November 2011

Mereka Bilang, Saya Autis.. (Edisiceloteh)

Kata “autis” rasanya tidak asing lagi ditelinga saya. Ya, saya sering mendengar kata itu sejak saya kecil, sejak saya mulai bisa mengingat segala sesuatu. Saat itu kata “autis” banyak dilayangkan oleh orang-orang kepada saya. Saya saat itu tidak mengerti mengapa orang-orang berpendapat seperti itu (sampai sekarangpun belum mengerti). Saya sendiri tidak tahu apa itu “autis”? jika dia makhluk, makhluk seperti apa? Jika dia benda, bentuknya seperti apa? Atau jika dia makanan, makanan sejenis apa?

Awalnya saya tidak pernah hiraukan apa kata orang-orang disekitar saya. Terutama kata “autis”. Tidak saya hiraukan karna saya tidak mengerti. Tapi kok mengapa ya, kata itu lengket banget. Tidak juga mau hilang dari kehidupan, hhe. Hingga suatu hari ada seseorang (kesekianratus kalinya) menyebutkan “kamu autis yah..”. Saya tidak tanggapi pernyataan itu (seperti biasa). Tapi sesampainya dirumah, pernyataan seseorang tersebut membuat saya termenung (padahal biasanya saya anggap angin lalu). Dalam hati saya bergumam, “APA ITU AUTIS? Apa betul saya autis? Siapa yang menciptakan kata autis?”. Lebih dalam lagi hingga pertanyaan tak terhitung meloncat satu persatu seperti kumpulan katak yang dilepaskan dari jebakan. “Mengapa ada orang autis? Apa sebab seseorang dikatakan autis? Siapa yang membuat kriteria seseorang dikatakan autis? Kapan pertama kali ada seseorang yang disebut autis? Dimana, apa, bagaimana, mengapa begitu?” dan banyak lagi pertanyaan tak terbendung.

Rasa tak percaya, untuk pertama kalinya saya gerakkan jari saya pada keyboard. “APA ITU AUTIS??”, saya tulis di kolom “mbah” google. Dan dalam waktu 0, 16 detik serangkaian datapun muncul. Banyak sekali sampai saya bingung harus memilih yang mana. Akhirnya saya pilih dua sumber yang rencananya akan saya baca dan pahami, http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme dan http://puterakembara.org/ciri.shtml. Memang baru kali ini, 23 September 2011 pukul 01.06 dini hari saya “niat” banget cari-cari data perihal autis, setelah lebih dari 15 tahun kata itu (red: autis) akrab ditelingan saya.

Kata yang akrab ditelinga ini memang terkadang membawa segelintingan informasi. Baik itu sengaja dijelaskan sang hakim yang menyebut saya “autis”, atau secara tidak sengaja saat nguping diskusinya anak-anak jurusan psikologi. Namun tidak pernah banyak yang dapat saya ketahui. Mereka hanya berkata, “AUTIS itu kondisi dimana seseorang sibuk dengan dunianya sendiri.”, “AUTIS itu kondisi dimana seseorang kesulitan berinteraksi dengan lingkungan/masyarakat.”, “AUTIS itu BLA..BLA..BLA..”.

Ah, berkutat dengan kata autis membuat saya penasaran dengan novel yang kalau nggak salah judulnya “Aku Memilih untuk Mati.” Menurut teman yang sudah baca, novel itu juga berisi pertanyaan- pertanyaan besar dalam hidup si tokoh utamanya. Ya beda dikit lah sama apa yang saya tanyakan di atas. Bedanya si tokoh dalam novel ini bertanya-tanya mengenai konsep kebenaran, sedangkan saya bertanya-tanya perihal ke-autis-an.




#edisi tulisan tanpa titik temu
Rumah,  05 November 2011 23.09