Sabtu, 28 Juli 2012

Me vs Preman Terminal Guntur

Cerita ini sebetulnya terhitung jadul karena sudah terjadi lebih dari sebulan yang lalu. Namun seorang kawan meminta saya untuk terus mengingat kejadian tersebut sebagai pelajaran. Nah, berhubung saya pelupa, rasanya tak terlambat saya tuliskan disini, mumpung ingat.

Kemarin sore sekitar jam setengah empat saya dan dua orang teman saya melihat-lihat produksi acara di TVRI. Seorang kameraman menawarkan kepada kami untuk masuk ke studio dan melihat langsung proses syuting acara (karena kebetulan saat itu kami hanya mengintip-intip dibalik celah pintu :P). Akhirnya saya dan kedua teman saya (Rio dan Yudha) masuk dan duduk tepat di depan para tallent. Acara saat itu adalah “Terapi”, semacam acara talk show tentang kesehatan. Bintang tamu acara tersebut biasanya berasal dari klinik-klinik pengobatan alternatif. Kita mungkin tak asing dengan beberapa klinik ini, seperti Klinik Chongsang, Klinik Botani, Klinik Ganesha dll (sering nongol di tipi soalnya, heu).
Sore itu bintang tamunya berasal dari Klinik Bathiniyah, dua orang dengan ”setelan” baju gamis dan balutan sorban, serba putih. Saya lupa nama keduanya namun intinya mereka mengusung sebuah gagasan pengobatan dengan metode perbaikan hati (batiniyah), paradigma (keyakinan dan positif thinking) serta mediasi kelinci untuk memindahkan penyakit pasien. 
Singkat cerita, tanpa disangka salah satu ustadz dalam pembicaraannya tiba-tiba berkata, “bla..bla..bla.. contohnya seperti mbak yang duduk didepan, yang memakai kerudung hitam dan berkacamata..”. What, maksud ustadz itu gue??  Kaget, sungguh. Karena semua orang akhirnya melihat ke arah saya. “.. Anda kalau saya lihat adalah tipe orang yang dalam melaksanakan sesuatu atau menginginkan sesuatu harus cepat..bla..bla.. bla..” lanjut ustadz tersebut.
Ekspresi saya saat itu kurang lebih seperti ini -____-“.. haduuuhh..
Saat itu saya coba maklum jika ustadz tersebut berkata seperti itu, karena sangat mungkin ustadz tersebut dapat membaca karakter orang (klinik bathiniyah gitu looh!!). Jika direnungkan perkataan ustadz tersebut memang ada benarnya. Saya cenderung ingin cepat dalam melaksanakan sesuatu, tidak suka menunggu orang lain dulu untuk melaksanakannya. Pun ketika menginginkan sesuatu, saya pasti akan melaksanakannya meskipun  terkadang tidak memungkinkan. Contoh, dulu pernah suatu malam sekitar jam 10.00 tiba-tiba saya ingin melihat hamparan sawah, saya tetap pergi meski orang tua “geleng-geleng kepala”. Saya juga cenderung akan mengerjakan tugas kuliah kelompok sendiri karena mengandalkan teman-teman kelompok itu membuang waktu. 
Nah, karena perkataan ustadz tersebutlah saya jadi ingat kejadian 17 Juni yang lalu. Saat itu saya dan teman-teman organisasi usai melaksanakan agenda lokakarya yang digelar sejak tanggal 15 Juni di Garut. Baik pemberangkatan maupun pulang kami semua memakai jasa angkutan umum (tidak menyewa mobil atau truk TNI, heu). Saat pemberangkatan saya ketinggalan kereta dan saat pulang saya “dikeroyok” preman terminal Guntur. Perfecto.
Kejadian 17 Juni memang mengesankan. Saat itu saya dan teman-teman turun dari angkot dan akan meneruskan perjalanan dengan elf jurusan Cicaheum-Garut. Saya dan teman-teman saat itu menunggu cukup lama rombongan kedua (mayoritas laki-laki) dibawah terik matahari yang menyengat. Baik ketua organisasi, ketua oc maupun penanggung jawab transportasi ada dirombongan kedua sehingga saya dan teman-teman yang sudah sampai lebih dulu diterminal harus menunggu. Saya bosan, dan akhirnya saya memutuskan untuk mencari elf yang bisa disewa dengan harapan ketika rombongan kedua datang kami semua bisa langsung pulang karena elf telah tersedia. Meski mayoritas teman-teman saat itu berpendapat lebih baik laki-laki yang mengurus itu namun saya tetap pergi, ditemani seorang teman akhwat akhirnya saya menemui seseorang.
 
Alangkah kagetnya ketika salah seorang pemuda yang saat itu kami temui tiba-tiba memanggil teman-temannya, “ieu aya nu rek nyewa elf ka bandung”. Suasana jadi tegang dan semakin tegang karena datang satu persatu orang berperawakan tinggi besar, berpakaian smerawut dengan tato memenuhi tangan . Tanpa kami sadari sudah sekitar lima sampai tujuh orang preman mengelilingi kami. Jika dalam film, ini bak situasi dimana sang pemeran utama akan dihajar para penjahat. Hiperbola.
Saya perhatikan satu persatu dan ketakutan pun mulai muncul. Namun saya harus bisa mengendalikan diri, saya tidak boleh terlihat lemah karena itu akan membunuh diri saya sendiri. Atas kekuatan yang telah Allah berikan akhirnya saya dan seorang teman saya berhasil menyampaikan maksud menyewa elf dengan nada yang tegas dan penuh keberanian (hehe..)
Awalnya kaget karena mereka menjawab tawaran kami dengan nada membentak dan keras kepala. Kami beradu tawar harga sewa dengan situasi yang teramat panas dan menegangkan (padalah ma woles aja ya) karena preman-preman itu dulu yang membuat situasinya jadi panas. Mereka menawarkan harga yang begitu mahal sedangkan saya dan teman saya tidak sepakat dengan harga tersebut.  Cukup lama juga kami berdebat dan saling kekeuh hingga akhirnya saya berkata “Yaudah pak, kalo gak mau 110 kita cari yang lain aja. Silakan kalo bapak lebih milih nunggu penumpang lain yang ga jelas adanya kapan. Lagian mahal amat sih, kan kita ga nyampe terminal dan bapak juga masih bisa ngangkut penumpang laen. ”
Alhamdulillah, akhirnya ntu preman-preman setuju, meski dengan raut wajah kecewa, “nya tos atulah neng”. Yes akhirnya. Ga nyangka bisa berhasil. ALHAMDULILLAH.. 
Kami berduapun memanggil teman-teman untuk naik, dan alangkah herannya saya ketika melihat ternyata rombongan laki-laki malah lagi asik jajan dan parahnya lagi gak bagi-bagi jajananya, heu. Padahal berdebat dengan preman lumayan bikin haus . Huh, tapi lucu juga sih. 
Akhirnya kami pulang dengan selamat. Ketika saya sampai dirumah dan beristirahat, saya mendapatkan sms dari salah satu teman yang isinya kurang lebih begini, “Kaz tau ga, menurut banyak orang, preman garut itu jauh lebih galak dibanding preman bandung. Alhamdulillah selamat.”
Antara serem karena membayangkan hal yang buruk dan rasa ingin tertawa berkolaborasi jadi satu. Subhanallah, untung tahu bahwa preman garut itu galak setelah pulang. Jika saja tahunya sejak awal mungkin saya kan berpikir 2x untuk menghadapi mereka. Haha, lagi-lagi rasa ingin cepat melaksanakan sesuatu memberikan saya banyak rasa.
Alhamdulillah, banyak pelajaran yang bisa saya dapat dari kejadian tersebut. Jangan pernah takut mengahadapi apapun dan siapapun selama kita masih punya Allah dan selama kita yakin berada dijalan yang benar, bukankah Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu? Terkadang kita takut dan khawatir menghadapi sesuatu padahal sesuatu tersebut tidak sebesar dan seseram yang kita bayangkan. Be positif, dalam hal apapun baik berfikir, bertindak maupun berprasangka.
Saya bukalah seorang pemberani. Namun, semoga Allah senantiasa melindungi dan menguatkan saya, kamu dan kita semua :D

Rumah, 28 Juli 2012 22:57
Vissiana Rizky Sutarmin


*The image taken from google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar