Minggu, 25 Desember 2011

Hantaman 80 km/jam




Tersesat, terjebak ruang introvert. Tak mampu bertutur, meski telah mencoba. Hanya berharap kelak Kau turunkan sosok pemaham dari langit. Kini, lebam-lebam ini kian menyakitkan. Bahkan urat-urat yang salah ini membuatku tak mampu menyuapkan makanan kemulutku sendiri. Hantaman 80 km/jam. Ini sudah yang ke-sembilan kalinya. Tapi, aku masih menunggu. Kapan Kau merindukanku?

Terkadang, aku merasa tak tahan ingin pulang. Meski hal tersebut masih ketimpangan. Sahabatku bilang, kita tidak boleh meminta mati. Tapi guruku bilang, kita harus merindukan mati. Berbeda dari itu semua, teman ku bilang dia teringat mobil ambulance dan keranda mayat ketika melihat wajahku. Jujur sekali dia. Entahlah, ini rindu yang tak tahu diri. Sholeh tidak, bekal tak cukup, amal masih buruk. Apa yang hendak dibanggakan?

Tapi tetap. Harapanku tetap. Tetap pada kerinduan awal, segera pulang. Tak mau aku habiskan masa tuaku disini.

Ya Allah, kukira hantaman 80km/ jam kemarin sore akan membawaku pulang. Tapi ternyata tidak. Aku tahu Kau menyayangiku. Kau beri aku kesempatan (lagi) untuk menyiapkan bekal terbaik sebelum saatnya tiba. Terimakasih dan segeralah duhai Allah..



Al-Faqir IlaLlah
Vissiana Rizky Sutarmin

25 Desember 2011 14.09

4 komentar:

  1. Aamiin.. Syukron jddn t'ijun..!! Tetap Semangat ya ^^

    BalasHapus
  2. Saab 900 AC Compressor
    I enjoyed your post. It’s a lot like college – we should absorb everything we can but ultimately you need to take what you’ve learned and apply it.

    BalasHapus
  3. Insyaallah..^^
    Thanks for Visiting :) :D

    BalasHapus