Awalnya
saya tidak pernah hiraukan apa kata orang-orang disekitar saya. Terutama kata
“autis”. Tidak saya hiraukan karna saya tidak mengerti. Tapi kok mengapa ya,
kata itu lengket banget. Tidak juga mau hilang dari kehidupan, hhe. Hingga suatu
hari ada seseorang (kesekianratus kalinya) menyebutkan “kamu autis yah..”. Saya
tidak tanggapi pernyataan itu (seperti biasa). Tapi sesampainya dirumah,
pernyataan seseorang tersebut membuat saya termenung (padahal biasanya saya
anggap angin lalu). Dalam hati saya bergumam, “APA ITU AUTIS? Apa betul saya
autis? Siapa yang menciptakan kata autis?”. Lebih dalam lagi hingga pertanyaan
tak terhitung meloncat satu persatu seperti kumpulan katak yang dilepaskan dari
jebakan. “Mengapa ada orang autis? Apa sebab seseorang dikatakan autis? Siapa
yang membuat kriteria seseorang dikatakan autis? Kapan pertama kali ada
seseorang yang disebut autis? Dimana, apa, bagaimana, mengapa begitu?” dan
banyak lagi pertanyaan tak terbendung.
Rasa
tak percaya, untuk pertama kalinya saya gerakkan jari saya pada keyboard. “APA
ITU AUTIS??”, saya tulis di kolom “mbah” google. Dan dalam waktu 0, 16 detik
serangkaian datapun muncul. Banyak sekali sampai saya bingung harus memilih
yang mana. Akhirnya saya pilih dua sumber yang rencananya akan saya baca dan
pahami, http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme
dan http://puterakembara.org/ciri.shtml.
Memang baru kali ini, 23 September 2011 pukul 01.06 dini hari saya “niat”
banget cari-cari data perihal autis, setelah lebih dari 15 tahun kata itu (red:
autis) akrab ditelingan saya.
Kata
yang akrab ditelinga ini memang terkadang membawa segelintingan informasi. Baik
itu sengaja dijelaskan sang hakim yang menyebut saya “autis”, atau secara tidak
sengaja saat nguping diskusinya anak-anak jurusan psikologi. Namun tidak pernah
banyak yang dapat saya ketahui. Mereka hanya berkata, “AUTIS itu kondisi dimana
seseorang sibuk dengan dunianya sendiri.”, “AUTIS itu kondisi dimana seseorang
kesulitan berinteraksi dengan lingkungan/masyarakat.”, “AUTIS itu
BLA..BLA..BLA..”.
Ah,
berkutat dengan kata autis membuat saya penasaran dengan novel yang kalau nggak
salah judulnya “Aku Memilih untuk Mati.” Menurut teman yang sudah baca, novel
itu juga berisi pertanyaan- pertanyaan besar dalam hidup si tokoh utamanya. Ya
beda dikit lah sama apa yang saya tanyakan di atas. Bedanya si tokoh dalam
novel ini bertanya-tanya mengenai konsep kebenaran, sedangkan saya bertanya-tanya
perihal ke-autis-an.
#edisi tulisan tanpa titik temu
Rumah, 05 November 2011 23.09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar