Selasa, 28 Februari 2012

Antara Peluh Pejuang Jalanan dan Pahitnya Raut Wajah Kementerian



Sempat berfikir, mengapa saudara-saudara saya lebih memilih berpanas-panasan kejalan untuk meminta bantuan. Mengapa mereka tidak mendatangi intansi terkait yang dapat membantu mereka mewujudkan asanya, “Membangun mesjid atau pesantren”.
Sempat juga merasa malu, melihat saudara-saudara saya mempertaruhkan harga dirinya demi selembar uang lusuh Kapitan Patimura. Atau logam berkarat berlambang pancasila. Mengapa mereka mempermalukan agama mereka dengan memelas dijalan? Mengapa mereka tidak meminta “Orang-orang atas” untuk meringankan beban mereka.
Sungguh, tak pernah saya sangka bahwa jawaban atas keheranan, kebingungan dan tanda tanya dalam fikiran saya akan terjawab secepat ini. Allah begitu baik, dengan tidak membiarkan saya terlalu lama dalam jelaga suudzon pada saudara saya sendiri.
Saudaraku, terlalu dini memang. Namun, kini saya dapat mengerti. Mengapa kalian lebih memilih cara radikal dengan meminta-minta dijalan dibanding mengajukan proposal bantuan pada Kementerian atau lembaga terkait. Mungkin inilah satu dari sekian banyak alasannya.
Sungguh saya bersyukur atas luka yang telah ditorehkan para Pejabat Kementerian “X” kepada saya. Karena dengan itulah saya menangis, mengingat dosa-dosa yang luput dari taubat, mengingat kedzoliman saya pada saudara saya dan membuat saya semakin yakin, bahwa dakwah bukanlah jalan bertabur bunga.
Saudaraku, ternyata sulit ya menemui orang-orang Islam yang dapat menerima saya. Padahal saya adalah saudara mereka semuslim, dan mereka pun adalah saudara saya semuslim. Tak pernah saya kira, bahwa prinsip “Antara muslim yang satu dengan yang lain itu bersaudara” telah lama dimuseumkan. Tak pernah saya duga, bahwa senyum saudara saya di Kementerian akan semahal ini.
Saudaraku yang turun kejalan, maaf atas jelaga yang telah saya ukir dalam kanvas kehidupan yang amat singkat ini. Maaf atas segala prasangka buruk yang pernah terlintas dalam fikiran saya. Maaf saya pernah berkesimpulan bahwa tindakan kalian meminta-minta dijalan dengan label “Pembangunan Mesjid” itu sangat memalukan Islam.
Saya mengerti, terlalu dini untuk menyimpulkan ini semua mengingat banyak sekali aspek yang perlu sama-sama kita kaji, agar kemudian tak lagi ada prasangka diantara kita. Namun, biarlah kekecewaan pada “orang-orang atas” ini menjadi penawar agar kemudian saya bisa lebih memahami saudara-saudara saya yang dengan speaker diatas mobilnya menyerukan “Bapak-bapak ibu-ibu yang baik hati, mohon bantuan bagi pembangunan bla..bla..bla..” Biarlah wajah pahit Kementerian membuat saya lebih menghormati saudara-saudara saya yang mengarak kotak amal kejalanan.
Saudaraku yang berpeluh-peluh dijalan, semoga Allah senantiasa memelihara hati kita dari penyakit dan senantiasa membimbing hati kita agar senantiasa sibuk karena Allah. Semoga kita semua dilindungi dari niat jahat nan pandir. Semoga Allah mengampuni kita atas jalan yang mungkin tersalah. Semoga Allah senantiasa meridhoi langkah kita.
Dan, untuk saudara-saudaraku para pengabdi negara yang menghabiskan waktu kerja dikantin, untuk para pengemban amanat rakyat yang duduk santai dengan kepulan asap dimeja kerja, untuk para pejabat yang lupa bahwa mereka adalah makhluk lemah, untuk para pegawai negara yang kesulitan ramah melayani rakyat. Semoga hidayah dan inayah-Nya senantiasa menaungi kalian. Terimakasih atas pengalaman yang amat berharga ini. Terimakasih telah melempar saya dan mungkin saudara-saudara saya yang lain bak bola pingpong. Terimakasih atas penerimaan kalian yang begitu mengesankan.
Ingin kembali saya tekankan bahwa mungkin terlalu dini untuk menyimpulkan ini semua. Namun, biarlah ini menjadi catatan kehidupan saya. Biarlah ini menjadi pengingat untuk saya dimasa depan, bahwa saya pernah menjadi rakyat kecil yang diperlakukan “istimewa” oleh para pejabat negara. Biarlah ini menjadi bukti, bahwa kedzoliman pada rakyat kecil yang sering digembar-gemborkan di TV pernah saya alami sendiri.
Alhamdulillah, Maha Besar Allah yang senantiasa menyayangi hamba-Nya dengan cara-Nya yang tak terduga. Maha Besar Allah yang senantiasa menurunkan hikmah agar hamba-Nya bersyukur dan berfikir.



Senin, 27 Februari 2012 23:22
Refleksi sepulang dari kantor Kementerian “X”
Addhoif
Vissiana Rizky Sutarmin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar