Katanya rasa kesal, emosi, kecewa atau marah adalah hal yang wajar.
Sampai detik ini saya masih seorang manusia. Alhamdulillah. Meski banyak orang
yang mempertanyakan mengapa saya tidak suka marah. Terkadang mereka juga
penasaran dan mencari-cari kesempatan untuk melihat saya marah. Tapi percayalah,
saat ini saya sedang marah. Sangat marah. Saking marahnya saya jadi tidak
bernafsu untuk marah. Saking marahnya saya justru bingung harus melakukan apa. Marah
ternyata tidak enak. Menyakitkan.
Banyak sebab, sebetulnya sudah lama. Tapi kali ini benar-benar
keterlaluan. Entahlah, mungkin kebodohan saya yang membuat saya terlambat
menyadari semuanya. Pak Asep Rohmat (guru ngaji) selalu bilang, “Kritisi dulu,
lihat lebih dekat. Jangan asal tendang!”
Ah, menyebalkan. Rasanya tidak tahu apa-apa jauh lebih baik dari
pada tahu duduk persoalannya tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Eh, tapi tak tahu
apa-apa juga tak baik. Jangan mau dibodohi. Bukankah kita sekolah adalah agar
menjadi pintar? Bukankah kita belajar agar kita menjadi orang yang cerdas dalam
menjalani hidup?
Otak saya yang pas-pasan sudah mengeluarkan asap, baunya seperti
nuget goreng yang gosong saat masak tadi sore. Padahal apa yang saya pikirkan
sederhana, “Bagaimana caranya saya memberi pelajaran pada kecerobohan Metro TV
dan bagaimana caranya saya bisa “menjitak” kepala Nakoula
Basseley Nakoula dan antek-anteknya?”. Untuk sementara itu saja dulu.
Saya sangat marah, terutama dengan menyeruaknya pemberitaan media
akhir-akhir ini. Saya cengeng, saya hanya bisa menangis karena amarah saya tak
bisa saya lampiaskan. Apa jurnalis amatir seperti saya bisa berbuat sesuatu? Sedang
untuk menelpon media dan berpendapatpun sambungannya diputus sepihak.
Menulis. Setidaknya ini membantu saya lebih tenang. Allah Maha
Mengetahui segala isi hati hamba-Nya. Lakukan sesuatu, apapun itu! Bukankah
Allah melihat proses bukan hasil?
Saya berdoa, semoga semua terbalaskan. Sekarang atau nanti. Oleh orang
lain atau oleh saya. Saya belum memaafkan Metro TV atas pelanggaran HAM yang
mereka lakukan (terutama pada edisi “Generasi Baru Teroris” yang menyebutkan
ekstrakulikuler keagamaan di mesjid-mesjid adalah tempat perekrutan teroris).
Juga, saya tidak akan memaafkan Nakoula Basseley Nakoula dkk
atas kebodohan mereka membuat film “Innocent of Muslim”. Siapapun yang
melecehkan, merusak atau mengobrak-abrik Islam. Demi Allah tidak akan saya
maafkan.
Semua pasti terbalaskan, tinggal menunggu waktu!!
Rumah, 18 September 2012, 2:59
Vissiana Rizky Sutarmin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar