Dik,
masih ingatkan? Beberapa waktu lalu kakak pernah berikrar janji pada Tuhan.
Janji untuk selalu menyayangimu dengan tulus, membina dan menjagamu selama
kakak hidup. Dik, masih ingatkan? Sesaat setelah mengetahui kabar kehadiranmu
dirahim bunda, kakak begitu bersuka cita. Kakak mohon pada Tuhan, atau lebih
tepatnya memaksa Tuhan agar mengizinkanmu hidup. Kakak juga memaksa Tuhan agar
memberimu dan bunda kekuatan menghadapi masa sulit.
Oh
dik, rupanya kakak terlalu memaksa. Kakak minta Tuhan berikan kakak adik baru,
tapi kakak tidak mawas diri. Dik, maafkan kakakmu yang pandir ini. Sungguh,
meski kau harus pergi dan berkata pada Tuhan tak sanggup hidup, kakak begitu
berduka. Sempat terbersit tanya, apakah kau tidak mau mempunyai kakak
sepertiku? Mengapa kau begitu pengecut bahkan untuk sekedar lahir kedunia?
Mengapa kau tak mau berbagi senyum mungil itu?
Oh
dik, rupanya kakak keliru. Tuhan Maha Tahu kakak tak siap. Maafkan kakak telah
egois. Ya, ketidaksanggupanmu hidup adalah tepat. Karena dunia ini bukanlah
tempat yang menyenangkan. Penuh kemunafikan, kebohongan dan penipuan. Terlalu banyak
hal yang dapat membuatmu berbuat dosa. Sudahlah, kakak baik-baik saja. Tak mengapa,
kakak merelakan ketidaksanggupanmu. Biar kakak saja yang bergelut dengan
beratnya kehidupan, kamu jangan.
Dik,
kakak tetap menyayangimu. Dan akan selalu begitu, Insyaallah. Ingat ya, Tuhan
begitu sayang pada kita. Dan Hanya Dialah yang Maha Mengetahui apa- apa yang
terbaik bagi hamba-Nya. Zee, tunggu kakak disana. Insyaallah kita pasti akan
bertemu.
Salam
sayang,
Kakakmu
dibumi
Sumber gambar: www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar