Senin, 16 September 2013

Sedikit Respect




“Tak ada satupun manusia di muka bumi yang tak ingin dihargai..” (Musikimia)

Seperti lirik dari lagu Musikimia berjudul “Apakah Harus Seperti Ini” diatas, ya tak ada satupun manusia di muka bumi yang tak ingin dihargai. Harga dari sedikit rasa saling menghargai begitu mahal, bahkan terlampau mahal di era ini, terlebih ditempat ini, Indonesia. Dengan budaya ketimuran yang begitu kental menyemat pada perwajahan Indonesia, rasa saling menghargai tentu jadi salah satu nilai utama, seharusnya. Namun kenyataannya tidak selalu demikian.

Barat yang digadang- gadang menguasai hal- hal negatif tentang kehidupan mulai dari hedonisme, atheisme, kapitalisme, liberalisme hingga isme- isme lainnya seolah tak pantas dipandang sebagai cerminan. Memang, banyak contoh tak baik dari barat, misalnya saja dari kehidupan bebas tanpa aturan yang sering mereka jalankan. Tapi bagaimana dengan etos kerja, ketepatan waktu, dan sikap saling menghargai? Tidakkah kita ingin belajar dari mereka tentang apresiasi? Terutama tentang apresiasi terhadap sesama manusia.

Heran, mana mungkin Indonesia yang “Bhineka Tunggal Ika” ini dihuni oleh masyarakat yang kebanyakan kurang bisa menghargai satu sama lain. Tapi, semoga ini hanyalah penampakan dari sekedar permukaan. Semoga kekerasan atas nama golongan, suku, budaya, agama atau suporter sepakbola yang beberapa waktu kebelakang pernah terjadi hanyalah setitik noktah pada susu sebelanga.

Ingin rasanya, kelak negeri ini menjadi negeri yang hakiki. Hakiki dengan nilai yang diusungnya. Sehingga semboyan tak lagi jadi hiasan melainkan menghujam dalam jiwa dan teraplikasikan pada perbuatan. Saling menghargai. Putih menghargai hitam, kaya menghargai miskin, tinggi menghargai rendah. 

Jangan ada lagi pertengkaran hanya karena beda persepsi. Jangan ada lagi pertikaian hanya karena beda golongan. Jangan ada lagi perkelahian hanya karena rasa diri paling benar. Segala hal bisa dikomunikasikan dengan baik. Pasti ada alasan yang dapat dijadikan sebab mengapa kedamaian mesti tercipta dimanapun. Mungkin karena kita satu agama, atau mungkin karena kita satu negara. Atau mungkin juga, karena kita sama- sama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar