“Kay,
sepertinya aku tidak akan berpamitan..”
Sudah lumrah bahwa
dalam hidup ini ada pertemuan dan ada perpisahan. Adakalanya maksud baik kita
tidak diterima, beberapa diantaranya bahkan malah menimbulkan permasalahan.
Memang sudah sejak awal, beberapa orang mendatangiku, mereka memberiku
nasehat dan masukan. Beberapa nasehat dan masukan bahkan seperti sebuah nada
peringatan, “Kamu harus hati- hati!” kurang lebih itu yang aku tangkap.
Tapi kau tau aku kan? Bagiku ucapan orang- orang diluar sana tidak
seharusnya aku telan mentah- mentah. Cukup aku simpan dulu didalam saku untuk
jaga- jaga.
Setiap orang sangat
suka diperhatikan. Semua orang akan lebih fokus pada dirinya sendiri. Itu
bukanlah kesalahan. Tapi kau tahu, sudah empat tahunan aku keluar dari wilayah
itu. Kini, dimanapun aku berada, aku selalu berusaha fokus pada orang lain. Dan
benar saja, ternyata mereka senang. Agaknya benar, bahwa kebanyakan orang hanya
memperdulikan dirinya sendiri.
Situasi jadi semakin
rumit sekarang. Sengaja aku jujur sejujurnya, dengan kata-kata tegas
setegas-tegasnya. Tapi apa yang aku dapati? Dia malah semakin ketakutan kalau-
kalau aku pergi.
Kay, sepertinya aku
tidak akan berpamitan. Pada beberapa situasi, kata “selamat tinggal” nyatanya
hanya menimbulkan lara. Biarlah aku menghilang perlahan, tanpa terasa, hingga
pada akhirnya dia bisa lihat bahwa aku telah tiada. Aku tidak keberatan menjadi
benih yang hanya terkubur didalam tanah, tidak terlihat. Semoga bisa tumbuh
jadi yang terbaik dan bermanfaat. Bila tidak saat ini, mudah- mudahan nanti.
Bila tidak didunia, mudah- mudahan disisi-Nya kelak.
Kay, sepertinya aku
tidak akan berpamitan. Aku lebih memilih menghilang perlahan. Biar ragaku
terhalang, asal kebermanfaatanku baginya tetap tinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar