Senin, 21 November 2016

Intuisi #3




“Kay, sepertinya aku tidak akan berpamitan..”

Sudah lumrah bahwa dalam hidup ini ada pertemuan dan ada perpisahan. Adakalanya maksud baik kita tidak diterima, beberapa diantaranya bahkan malah menimbulkan permasalahan.

Memang sudah sejak awal, beberapa orang mendatangiku, mereka memberiku nasehat dan masukan. Beberapa nasehat dan masukan bahkan seperti sebuah nada peringatan, “Kamu harus hati- hati!” kurang lebih itu yang aku tangkap.

Tapi kau tau aku kan? Bagiku ucapan orang- orang diluar sana tidak seharusnya aku telan mentah- mentah. Cukup aku simpan dulu didalam saku untuk jaga- jaga.


Setiap orang sangat suka diperhatikan. Semua orang akan lebih fokus pada dirinya sendiri. Itu bukanlah kesalahan. Tapi kau tahu, sudah empat tahunan aku keluar dari wilayah itu. Kini, dimanapun aku berada, aku selalu berusaha fokus pada orang lain. Dan benar saja, ternyata mereka senang. Agaknya benar, bahwa kebanyakan orang hanya memperdulikan dirinya sendiri.

Situasi jadi semakin rumit sekarang. Sengaja aku jujur sejujurnya, dengan kata-kata tegas setegas-tegasnya. Tapi apa yang aku dapati? Dia malah semakin ketakutan kalau- kalau aku pergi.

Kay, sepertinya aku tidak akan berpamitan. Pada beberapa situasi, kata “selamat tinggal” nyatanya hanya menimbulkan lara. Biarlah aku menghilang perlahan, tanpa terasa, hingga pada akhirnya dia bisa lihat bahwa aku telah tiada. Aku tidak keberatan menjadi benih yang hanya terkubur didalam tanah, tidak terlihat. Semoga bisa tumbuh jadi yang terbaik dan bermanfaat. Bila tidak saat ini, mudah- mudahan nanti. Bila tidak didunia, mudah- mudahan disisi-Nya kelak.

Kay, sepertinya aku tidak akan berpamitan. Aku lebih memilih menghilang perlahan. Biar ragaku terhalang, asal kebermanfaatanku baginya tetap tinggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar