Jumat, 18 November 2016

Intuisi #2




“Wahai Jelaga Tiga Sangkakala, aku bukanlah orang jahat..”

Kay, hidup adalah pilihan. Klasik ya, tapi begitu adanya. Dan pilihan berat harus dia pilih saat suara itu muncul. Suara yang sudah tidak asing bagi kita, namun masih begitu asing bagi dia. Ini aku tulis percakapan antara dia dan suara itu, ku buat berurutan agar kamu mudah memahaminya.


Suara itu          : “Siapakah dia yang lain yang sedang bersamamu itu?”

Dia                  : “Dia yang lain itu adalah temanku.”

Suara itu          : “Teman? Adakah artinya bagimu?”

Dia                  : Terdiam cukup lama, “Banyak, dia yang lain itu amat berarti buatku. Bila dia yang lain itu tidak ada, tetiba saja kakiku menjadi lemah, aku berjalan tapi seperti melayang, dadaku terasa sesak dan aku pun jadi demam.”


Suara itu          : “Kau punya dua pilihan disini.”

Dia                  : “Tidak! Tidak ada pilihan! Tidak ada yang harus dipilih!”

Suara itu          : “Ha..ha.. enak saja kau! Ambil salah satu pilihan. Dan asal kau tahu saja, keduanya menyakitkan. Bersiaplah!”

Dia                  : “Apa dua pilihan itu?”

Suara itu          : “Pertama, kau harus membiarkannya pergi. Atau lebih baik lagi, kau harus membantunya untuk pergi.”

Dia                  : “Apa? Tidak bisa! Itu sangat menyakitkan. Aku masih sangat lemah untuk menerima pilihan itu.”

Suara itu          : “Baik, kalau begitu tidak ada pilihan lain selain pilihan kedua.”

Dia                  : Keningnya mulai berkeringat karena takut dan panik, “Apa pilihan yang kedua?” sambil bergetar.

Suara itu          : “Kedua, dia yang lain itu harus MATI..!!

Dia                  : Hampir saja terjatuh, rasa sakit seakan memenuhi dadanya, “Aaaa..., tidaak! Ini tidak adil! Aaaa..kuuu.. tidaak! Pasti ada pilihan lain.”

Suara itu          : “Apa maumu?”

Dia                  : “Aku ingin dia yang lain itu tetap disini, didekatku, bersamaku. Aku tau seiring waktu dia yang lain itu akan pergi. Tapi kumohon jangan sekarang, tidak saat ini.”

Suara itu          : “Tidak bisa! ini sudah mendesak. Biarkan dia yang lain itu PERGI, atau ikhlaskan dia yang lain itu MATI..!!

Dia                  : “Kau tidak punya kuasa atas itu!”

Suara itu          : “Memang, tugasku hanya menyampaikan apa yang seharusnya aku sampaikan. Bagiku kebenaran tetaplah kebenaran, sekalipun pahit terdengar.”

Dia                  : “Lalu mengapa berani- beraninya mengatakan dia yang lain itu harus MATI?”

Suara itu          : “Dengarkan ini baik-baik makhluk egois! Ada yang menyayangi dia yang lain itu lebih dari siapapun, Tuhannya. Ya, Tuhannya! Apa kau pikir Tuhan akan membiarkannya tidak selamat? Tidak! PERGI atau MATI, keduanya amatlah baik, demi keselamatannya. Tuhan amat sangat sayang dia yang lain itu. Camkan!!”

Dia                  : Dengan tatapan kosong “Pergi kau sekarang! Aku tidak mau mendengarkanmu lagi!”

Suara itu          : “Aku tidak datang dan pergi atas permintaanmu. Tapi untuk sementara, itu saja yang ingin aku sampaikan.”


Kay, aku bukan orang jahat. Meski aku bukanlah manusia terbaik dimuka bumi ini. Tuhan memberiku rasa takut sekarang. Dan aku menyambutnya dengan tangan terbuka. Karena aku tahu itu baik.


Ps: Balaslah suratku ini Kay, aku sangat membutuhkan sudut pandangmu..







Sumber Gambar   : www.binauralbeats.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar