Jangan berkecil hati. Manusia diciptakan di dunia ini memang untuk
bikin kesalahan, lalu memperbaiki diri. Kalau semua orang sudah tidak bikin
kesalaan lagi, maka semua ini akan dimatikan oleh Tuhan, karena tidak ada lagi tujuan
kehidupan.”
(Kata Ustadz Abu
Bakar Ba’asyir kepada Ariel saat di Rutan Bareskrim Mabes Polri.)
Dulu, sekitar pertengahan tahun 2010 terjadi aksi besar-besaran
didepan Pengadilan Negeri Bandung. Berbagai organisasi masyarakat dan organisasi
kemahasiswaan turun kejalan dengan satu suara, “mengecam Ariel atas kasus
pornografi”. Ya, dunia hiburan sempat gempar saat itu menyusul beredarnya video
tak senonoh dengan aktor mirip Ariel.
Saat aksi berlangsung, suasana begitu riuh. Hujatan dimana-mana.
Lemparan telur dan tomat busuk melayang diudara. Yel-yel berkumandang.
Teriakan-teriakan bergema, “Ariel, kami minta anda segera bertobat!”, “Ariel,
tunjukan mukamu dijendela, agar kami yakin kamu ada didalam!”, dan banyak lagi.
Saya ada disana. Ya, saat itu saya berada tepat ditengah-tengah
kumpulan massa yang didominasi mahasiswa. Saya menyaksikan dengan mata kepala
saya sendiri bagaimana kericuhan terjadi, saling dorong, massa berlarian,
sampai bentrok dengan petugas kepolisian. Apakah saya peserta aksi? Entahlah,
yang saya tahu bahwa tujuan saya datang kesana adalah guna meliput aksi
tersebut untuk salah satu tv lokal di Bandung.
Sambil mulai mengambil gambar dan mencari target wawancara, benak
saya terus bertanya-tanya. Bagaimana perasaan Ariel didalam sana? Dengan
teriakan hujatan yang saya yakin pasti terdengar sampai ruang sidang. Lalu,
bagaimana pula kondisi sidang saat itu? Bagaimana wajah Ariel? Bagaimana..?
Kini dua tahun telah berlalu dari kejadian tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan yang dahulu pernah hadir dibenak saya pun rela disimpan. Meski
tak bisa lupa. Saya tidak hendak mencari tahu, karena saya yakin itu akan
sulit. Bertemu dengan Ariel pun tak pernah, apalagi bertanya-tanya hal privasi
padanya. Walaupun saya akui, saya adalah penggemar karya-karya Peterpan
jauh-jauh hari sejak kemunculan mereka. Hanya karya-karyanya saja, bukan
orangnya!
Hingga suatu hari dibulan November pun menghampiri saya. Tepatnya
Rabu, 28 November 2012. Saya dan kawan-kawan pergi ke Jakarta untuk mengikuti
kuliah umum di Metro TV. Setelah kuliah umum selesai kami pun bersiap untuk
menonton tapping program “Kick Andy” yang saat itu bertemakan “Berkarya
Lewat Musik”. Sambil menunggu intruksi untuk memasuki Grand Studio Metro TV
kamipun duduk lesehan di lobby ditemani snack, kopi dan teh panas juga performance
dari band indie kota Jakarta. Suasana di lobby begitu ramai, menyenangkan dan
hangat. Meski sedikit bosan karena waktu sedikit molor dari kesepakatan
semula.
Ok, akhirnya tiba saat kami memasuki Grand Studio Metro TV. Kami menduduki
kursi dan langsung berbenah. Saya tak sama sekali membuat pertanyaan atau
perkiraan mengenai siapa bintang tamu yang akan datang. Saya tidak peduli. Yang
saya pertanyakan saat itu hanyalah kapan acara ini selesai sehingga saya bisa
pulang dan tidur dengan nyenyak. Maklum, saat itu kelelahan sudah mencapai
puncaknya. Ngantuk beraat.
Andy F. Noya memasuki studio, membuka acara dan memberikan prolog.
Muka lusuh saya tiba-tiba sedikit terangkat, kornea mata sayapun membesar saat
Andy F. Noya berkata, “oke, kita panggilkan ini dia Ariel..”
bersambung..
Jum'at 14 Desember 2012, 22:58
Tidak ada komentar:
Posting Komentar