“Setiap bertambah ilmuku,
maka semakin bertambah aku tahu akan kebodohanku.”
(Imam
Asy-Syafi’i)
Saya selalu senang ketika guru mengaji saya menelpon. Malu juga sih,
karena sebagai seorang murid sayalah yang seharusnya rajin- rajin menelpon
beliau. Tapi itulah istimewanya beliau, baik sekali. Pada setiap pembicaraan di
telepon, pasti selalu ada yang saya dapat. Karena beliau tak hanya sekedar
menanyakan kabar, kegiatan terbaru, atau sekedar kesibukan sehari- hari tapi
juga selalu memberikan nasehat dan pengetahuan- pengetahuan baru.
Beliau bernama Asep Rohmat. Dari sekian banyaknya guru saya, beliau
adalah salah satu yang paling dekat baik dengan saya maupun dengan orang tua. Istimewa
karena beliau sangat cerdas, bijaksana, pemaaf dan selalu positif thinking. Saya
hampir tidak pernah merasa tak nyaman pada nasehatnya, tidak pula pernah merasa
sakit hati saat beliau mengingatkan saya jika saya salah.
Hampir semua kegiatan saya beliau tahu, dan hampir semua hal- hal baru
yang saya tahu saya konsultasikan pada beliau. Beliau selalu menasehati saya
untuk belajar banyak hal dari banyak guru. Salah satunya adalah beliau “menitipkan”
saya pada seorang guru khusus yang tahfidz untuk membimbing saya menghapal.
Sampai detik ini hapalan saya memang belum bagus, tapi saya bersyukur
karena atas kehendak Allah saya mendapatkan banyak pelajaran dari orang-orang
yang begitu saya syukuri keberadaannya. Dulu, saya pernah mengaji disebuah “lingkungan”,
disana saya dikelompokkan dan dikhususkan belajar pada satu guru. Kami satu
sama lain tidak boleh saling memberi tahu siapa guru mengaji, teman- teman
kelompok atau pembicaraan didalam proses mengaji. Agaknya harus rahasia. Menurut
saya itu juga baik. Namun seiring berjalannya waktu ternyata saya tidak cocok
belajar dengan metode itu. But, keep respect buat mereka.
Nah,
sekitar dua jam yang lalu guru saya menelpon. Saya aji mumpung dengan
menanyakan banyak hal, hehe. Saya lupa memikirkan berapa banyak pulsa yang
harus beliau habiskan. Salah satu yang saya ceritakan adalah kegiatan terbaru
saya pada sebuah komunitas Underground. Saya bilang pada beliau bahwa akhir
Oktober ini komunitas saya akan mengadakan konser bertajuk “Fight New World
Order” dan pada kegiatan tersebut saya diamanahi sebagai MC.
Ternyata
beliau sangat mengapresiasi, tidak lupa beliau memberikan nasehat dan
penjelasan terkait “New World Order”. Namun, tidak hanya itu yang saya
ceritakan, saya juga katakan pada beliau bahwa menjalani ranah ini ternyata
banyak sekali yang memberikan kritik pedas, menentang bahkan menganggap saya “bermasalah”.
Dari sekian banyak penentang kebanyakan diantaranya adalah teman- teman
seangkatan yang begitu fanatis.
Beliau
tertawa dan menyampaikan pada saya sebuah quote Imam Asy-Syafi’i, “Setiap bertambah ilmuku,
maka semakin bertambah aku tahu akan kebodohanku.” Beliau mengisyaratkan
bahwa seyogyanya semakin padi berisi semakin meruduk pula ia. Jika kita
melakukan segalanya semata hanya karena Allah maka segala hambatan tidaklah
jadi alasan untuk berhenti atau sakit hati.
Banyak
yang menghina, mengkritik, mengatakan bahwa kita salah, sesat dan buruk namun
tidak dengan cara yang baik. Banyak yang mengomentari apa yang kita lakukan dan
karya yang kita hasilkan, merasa diri paling tahu padahal ilmu baru diambang
pintu. Agaknya benar apa kata Imam Asy-Syafi’i, “Setiap bertambah ilmuku,
maka semakin bertambah aku tahu akan kebodohanku.” Karena bumi
ini begitu luas, dan ilmu pengetahuan pun tak terhingga luasnya. Sehingga bukan
menjadi hak kita untuk sombong.
Terimakasih
Ya Allah, orang- orang disekitarku yang Engkau kirimkan tidaklah semata- semata
melainkan sebagai pelajaran untuk bekal hidup agar lebih baik, lebih dekat dan
lebih yakin pada-Mu. Alhamdulillaah..
*the image taken from google