Aku
terhenti, ditengah perjalanan mencari arti. Aku tersungkur disela tafakur. Tuhan,
aku begitu marah pada-Mu. Padahal Kau tak pernah marah padaku. Kenapa aku
seberkarat ini? Sedang mereka begitu berkilauan. Oh jiwa, rupanya marahku
adalah untuk diriku sendiri. Aku papah, terkubur bak sampah. Berharap rahmat
namun enggan berkeringat. Ya, pengecut itu aku!
Aku
tetap ingin disini. Pada suatu masa dimana aku bisa tertawa dan memanjat
setinggi- tingginya pohon jambu dihalaman. Melompat dan jatuh. Memar, berdarah
dan berpeluh. Aku tak ingin pergi, pada suatu massa dimana aku harus meneteskan
obat merah sendiri pada lukaku. Aku rindu, senyum hangat dan usapan lembut
malaikatku. Oh jiwa, aku benci menjadi besar. Aku benci dunia tak bersahabat
ini. Aku bermimpi pulang. Aku takut berpetualang. Ya, pengecut itu aku!
Lihat!
Aku masih disini. Hebat bukan? Sedang mereka yang kucintai telah terbang
mengangkasa. Ada yang hinggap diteratai indah bernama Palestina. Ada yang
hinggap dipepohonan rindang bernama Suriah. Ada pula yang hinggap di padang
ilalang bernama Myanmar. Mereka begitu mewangi. Sedang ku tak berarti. Aku kelu
dan rasa mati. Ya, pengecut itu aku!
Untuk
semua jerit hati yang tak bervolume tinggi. Bagi jiwa menganga yang tak
bernada. Untuk raga lumpuh yang rapuh. Tuhan, pengecut itu aku!
Sumber gambar: www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar