Minggu, 19 Mei 2013

Tuhan, Pengecut itu Aku!





Aku terhenti, ditengah perjalanan mencari arti. Aku tersungkur disela tafakur. Tuhan, aku begitu marah pada-Mu. Padahal Kau tak pernah marah padaku. Kenapa aku seberkarat ini? Sedang mereka begitu berkilauan. Oh jiwa, rupanya marahku adalah untuk diriku sendiri. Aku papah, terkubur bak sampah. Berharap rahmat namun enggan berkeringat. Ya, pengecut itu aku!

Aku tetap ingin disini. Pada suatu masa dimana aku bisa tertawa dan memanjat setinggi- tingginya pohon jambu dihalaman. Melompat dan jatuh. Memar, berdarah dan berpeluh. Aku tak ingin pergi, pada suatu massa dimana aku harus meneteskan obat merah sendiri pada lukaku. Aku rindu, senyum hangat dan usapan lembut malaikatku. Oh jiwa, aku benci menjadi besar. Aku benci dunia tak bersahabat ini. Aku bermimpi pulang. Aku takut berpetualang. Ya, pengecut itu aku!

Lihat! Aku masih disini. Hebat bukan? Sedang mereka yang kucintai telah terbang mengangkasa. Ada yang hinggap diteratai indah bernama Palestina. Ada yang hinggap dipepohonan rindang bernama Suriah. Ada pula yang hinggap di padang ilalang bernama Myanmar. Mereka begitu mewangi. Sedang ku tak berarti. Aku kelu dan rasa mati. Ya, pengecut itu aku!

Untuk semua jerit hati yang tak bervolume tinggi. Bagi jiwa menganga yang tak bernada. Untuk raga lumpuh yang rapuh. Tuhan, pengecut itu aku!


Sumber gambar: www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar