Segalanya
telah berubah. Ya. Waktu memang merubah segalanya. Rasanya masih seperti mimpi
memandang diri di cermin.
“Aku telah lain
dari kemarin..”
Tapi
apa yang berubah?
Mungkin
terlalu banyak yang berubah sampai- sampai sulit diungkapkan.
Baru
beberapa hari yang lalu Bapak menelpon, masih teringat jelas rasanya setiap
kalimat yang Bapak sampaikan saat itu. Terutama ini..
“Boleh jadi seseorang ditakdirkan
sesuatu ‘terlalu cepat’, karena ‘terlalu cepat’ itu adalah yang terbaik
buatnya. Dan boleh jadi seseorang ditakdirkan sesuatu ‘terlambat’, karena
‘terlambat’ adalah yang terbaik buatnya. Tidak ada yang ‘terlalu cepat’ atau
‘terlambat’, yang ada hanyalah segala sesuatu Allah kehendaki selalu tepat pada
waktunya.”
Menjadi
benar- benar fokus hanya pada pandangan dan kasih sayang- Nya ketika banyak
pandangan orang terhadap diri yang ingin saya luruskan juga bukanlah hal yang
mudah, berat, setidaknya itu yang saya rasakan. Begitu banyak orang kuat diluar
sana, ketauhidan bahkan telah menghujam kedalam dadanya. Sedangkan saya? Saya
masih tertatih, bahkan masih ringkih untuk sekedar memandang langit. Langit
yang saya yakini merupakan salah satu manifestasi dari ke-Maha-an-Nya.
Bila
tauhid adalah sebuah istana megah berhalaman luas dan berpagar tinggi, maka
mungkin saya hanyalah seorang anak kecil yang berdiri mengintip disela- sela
pagarnya sambil membayangkan apa saja yang indah didalam sana. Ah, bahkan
pengibaratan yang saya buat pun mungkin salah.
Semoga
Allah mengampuni saya, karena saya ‘terlalu cepat’ membuat simpul. Dan semoga
Allah mengampuni saya, karena saya ’terlambat’ untuk memahami segalanya.
Bandung, 09 Agustus 2016
*Sumber gambar : https://www.youtube.com/user/tasawufthesufism
Tidak ada komentar:
Posting Komentar