Rabu, 02 November 2016

Mari Bicara Tentang Mati #2



Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.”


Beberapa bulan terakhir ini benar- benar luar biasa. Aneh juga sebetulnya. Hai, mari kita bicara tentang sesuatu yang kita tak dapat mengelak darinya, sesuatu yang pasti akan datang meski ntah kapan dan dengan cara apa, sesuatu yang mungkin kebanyakan kita takutkan. Ya, mari kita bicara tentang mati.

Sudah berkali- kali, secara berkala pula, saya bermimpi jika orang- orang yang saya kenal mengantarkan saya ke pemakaman. Mulai dari keluarga, teman sekolah, temah kuliah, sampai teman kerja. Semua bergantian. Belum lagi mimpi- mimpi lain yang saya “lupa-lupa ingat”, tapi masih berkisar soal kematian.

Saya yakin, tidak ada sesuatu apapun didunia ini terjadi kecuali atas kehendak-Nya, bahkan sehelai daun yang jatuhpun Allah tahu. Semua pasti ada alasannya.

Saya amat beruntung, beberapa bulan ini baik keluarga maupun teman, semua mengingatkan saya tentang kematian, baik langsung ataupun tidak langsung. Ya walaupun jujur saja saya masih heran, kenapa mereka yang datang pada saya selalu mengatakan hal- hal yang berkaitan dengan kematian. Pasti ada alasannya, saya yakin.

Saya akan ceritakan beberapa kejadiannya ya.

1.    Secara mengejutkan saya dengar bahwa Kang Fajar Febian meninggal dunia. Saya tidak mengenal beliau meski beliau teman sekantor saya. Hanya sempat beberapa kali saja berpapasan dan tersenyum. Tapi lihat, Kang Fajar masih begitu muda. Siapa yang bisa menghalangi jika Allah berkehendak beliau harus pulang?
Beberapa temanpun mengirim saya bbm untuk mengkonfirmasi kabar meninggalnya Kang Fajar, bertanya kapan, kenapa dan bla.. bla.. bla..
Hampir semua berkata, “Kazz, kematian rasanya semakin dekat ya..”
Beberapa teman ada yang berkata, “Kazz buruan nikah, kematian mungkin sudah dekat. Kiamat juga sudah dekaaaat!!”

Oke stop! Dari sini saya mengerti, pada akhirnya ada yang jauh lebih pasti dibanding pernikahan, karier, kerja, lanjut s2 atau whatever that. KEMATIAN!

2.      Seorang teman mengirim pesan lewat messenger,
 “tok tok tok”..
“Siapa disana?” jawab saya
“Kenalkan, saya malaikat pencabut nyawa, hahaha..” ujarnya.

Astaga, saya benar- benar sedang berkutat dengan segala yang berkaitan dengan kematian. Pesan itu membuat saya diam sesaat. Astagfirullah, betapa syahdu sekaligus menakutkannya kematian, meskipun itu baru dalam bayangan.
Seseorang pernah berkata, “Bersyukurlah jika kamu punya teman, yang dengannya kamu jadi ingat mati, ingat bahwa ada yang lebih hakiki, akhirat nanti..”
Dan bentuk pengingat itu beragam. Semoga kita peka mengambil hikmah dan pelajaran.

3.      Ini bukan kejadian terakhir, tapi paling membuat saya pucat.
“ Kenapa ya saya sering teringat mobil Ambulance dan keranda jenazah setiap melihat wajah kamu..?” Tanya seorang teman.
Saya hanya bisa tersenyum hambar, saya bingung harus menanggapi pertanyaan itu dengan perkataan apa.
“Haha, abis semua yang kamu omongin, mimik wajah kamu, sampe denger nama kamu aja aku jadi inget mati..” tambahnya.
Oh andai dia tahu isi hati saya, dengan perkataannya itu, saya juga jadi ingat mati, ditambah ngeri- ngeri takut juga sebagai pelengkap rasanya. Tidak apa- apa. Saya justru merasa beruntung. Biarlah kita jadi saling pengingat mati, mudah-mudahan dengan begitu memacu kita agar jadi pribadi yang lebih baik, dan menahan nafsu kita terhadap keinginan duniawi yang berlebihan.

Meski sepintas beberapa celotehan teman itu lucu, tapi sebenarnya saya belum bisa menanggapi sepenuhnya selucu itu. Saya resah, teramat sangat, kepikiran, takut juga, semua bercampur aduk menjadi sesuatu yang sulit sekali dijabarkan. Semacam tempaan dari sekitar ditambah intuisi, insight solution, feeling, firasat, yang semuanya terasa bercampur jadi satu. Dan mau tidak mau saya harus terima, bahwa ya, segalanya berkaitan. Semoga Allah memberi saya ilham dan pengertian agar dapat memahami semua ini.

Akhir kata, siapapun kemudian yang harus pulang lebih dulu, semoga tidak pulang kecuali dalam keadaan khusnul khotimah, disayangi-Nya, selamat dunia akhirat. Jangan takut, karena sesungguhnya kasih sayang-Nya jauh lebih besar dari murka-Nya.






Ps: Karena perasaan yang tak menentu, alur tulisan ini mungkin #*&;^%*)*&!;%$, maaf..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar