Tiada satu pun
peperangan didunia ini yang tidak menggoreskan luka, menumpahkan darah dan
membuang banyak sekali waktu, tenaga, fikiran, uang. Kematian adalah milik
mereka yang terbunuh. Keletihan dan kepayahan adalah milik mereka yang
membunuh. Tidak ada yang tidak tersakiti disini. Semua dengan lukanya
masing-masing.
Jika peperangan melawan
diri sendiri punya luka yang sama dengan peperangan melawan orang lain, mungkin
kini diri ini tidak akan berbentuk. Terserah orang mau bilang apa, tapi benar
rupanya bahwa luka dan darah pada perang ini juga tidak sedikit.
Seseorang berkata,
kebenaran justru sering muncul pada apa- apa yang tidak nampak. Luka yang lebih
dalam justru tidaklah terlihat oleh mata lahir. Tapi syukurlah karena beberapa
dari manusia Tuhan beri kekuatan untuk membuat berbagai “kepalsuan” untuk
menutupi lukanya.
“Kepalsuan apa?”
“Banyak, diantaranya senyum palsu,
tawa palsu, sikap tenang yang palsu, ketegaran palsu dan masih banyak lagi. Sungguh
dibutuhkan kekuatan yang amat besar untuk melakukannya. Sebagian orang bahkan
melampiaskannya dengan banyak makan!”
Bukan tidak ingin
menyerah, tapi rasa malu pada Tuhan masih ada dalam diri ini. Dan suara- suara
itu masih lantang berteriak.
“Kamu tidak punya bakat untuk
menjadi orang lemah! Kamu tidak punya waktu untuk jadi seorang pengecut!”
Dan suara- suara itu adalah
nikmat yang tidak ingin aku dustakan. Dengannya aku merasa
disayangi oleh Sang Maha.
"Kay..
Aku sedang berperang!
Melawan diriku sendiri.. "
Sumber gambar : google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar