Rabu, 16 November 2016

Intuisi #1




Tiada satu pun peperangan didunia ini yang tidak menggoreskan luka, menumpahkan darah dan membuang banyak sekali waktu, tenaga, fikiran, uang. Kematian adalah milik mereka yang terbunuh. Keletihan dan kepayahan adalah milik mereka yang membunuh. Tidak ada yang tidak tersakiti disini. Semua dengan lukanya masing-masing.

Jika peperangan melawan diri sendiri punya luka yang sama dengan peperangan melawan orang lain, mungkin kini diri ini tidak akan berbentuk. Terserah orang mau bilang apa, tapi benar rupanya bahwa luka dan darah pada perang ini juga tidak sedikit.

Seseorang berkata, kebenaran justru sering muncul pada apa- apa yang tidak nampak. Luka yang lebih dalam justru tidaklah terlihat oleh mata lahir. Tapi syukurlah karena beberapa dari manusia Tuhan beri kekuatan untuk membuat berbagai “kepalsuan” untuk menutupi lukanya.

            “Kepalsuan apa?”
“Banyak, diantaranya senyum palsu, tawa palsu, sikap tenang yang palsu, ketegaran palsu dan masih banyak lagi. Sungguh dibutuhkan kekuatan yang amat besar untuk melakukannya. Sebagian orang bahkan melampiaskannya dengan banyak makan!”

Bukan tidak ingin menyerah, tapi rasa malu pada Tuhan masih ada dalam diri ini. Dan suara- suara itu masih lantang berteriak.

“Kamu tidak punya bakat untuk menjadi orang lemah! Kamu tidak punya waktu untuk jadi seorang pengecut!”

Dan suara- suara itu adalah nikmat yang tidak ingin aku dustakan. Dengannya aku merasa disayangi oleh Sang Maha.


"Kay..

Aku sedang berperang!

Melawan diriku sendiri.. "




 Sumber gambar : google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar