Selasa, 20 Mei 2014

Jelaga Tiga Sangkakala #5




Sederhana Saja, Ini Rindu!

Kay berbekal sebuah pisau digenggamannya setiap hari. Pisau yang ia bawa- bawa kemanapun ia pergi. Pisau yang ia sertai dalam aktivitas apapun dalam hidupnya. Pisau yang sebenarnya tidak cukup tajam, tapi mampu membuatnya berdarah.

“Aku harus tusuk hatiku tiap kali aku rindu, pisau ini berfungsi bukan?” ujarnya dalam hati.

Kay berfikir sakitnya sayatan pisau akan mengalahkan sakitnya rindu. Ah, naif. Begitukah? Mengapa rindu harus diredam? Kau takut pada sesuatu! Ya, kau takut! Dan ketakutan tersebut membuatmu rela menempuh jalan yang kurang kau sukai.

Bagaimana mungkin orang sepertimu dapat menolak pertemanan yang tulus? Hahaha.. Kay terlalu belagu. Tapi aku belum selami sudut pandangnya saat sendirian malam- malam. Apa yang akan terjadi jika aku tahu isi pikirannya malam ini? Oke, aku bersedia sakit kepala lagi memikirkan hal rumit tentang dirimu, Kay.

***

Penelusuranku berbuah hasil. Oh, begitu rupanya. Koreksi jika penilaianku ini salah Kay.

Jadi kau menyuruhnya pergi hanya karena kau merasa bayangannya selalu mengganggumu saat shalat dan mengaji? Aku mengerti, kau merasa bersalah pada Tuhan. Tuhan yang telah memberimu segalanya. Kasih sayang, perhatian, penjagaan, kesehatan, rahmat, hikmah, udara dan semua hal berharga dalam hidup. Saat kau sedang asik memandang yang kau cintai, mana mungkin yang kau cintai tidak cemburu jika kau berpaling memandang yang lain? Iya kan, Kay?

Jadi ini alasan kau dengan tega menyuruhnya hengkang dari segala sendi kehidupanmu? Padahal kau sejujurnya senang ada manusia yang mau mendengarkanmu dengan baik saat manusia- manusia lain tak punya waktu. Dia manusia yang dapat melihat segala sisi hidupmu. Jangankan hal baik, hal buruk dirimu saja dia suka. Ah, luar biasa sekali. Jarang bukan kau temui orang seperti itu?

Bahkan kau tidak perlu menjadi orang lain dan membagus- baguskan diri hanya untuk membuatnya terkesan. Tapi kau mengusirnya! Ku coba mengerti ini semua Kay, meski sudut pandangku menganggap, ini berlebihan! Ya mau bagaimana lagi, itu pilihanmu, hak mu.

Terkadang saat sedang diam sendirian aku teringat perkataanmu malam itu.

Bagaimana mungkin aku bisa menggapai cita- citaku untuk bisa shalat khusyuk, mengaji dengan hati yang syahdu dan tahajud dengan penuh rasa haru jika dalam hati dan fikiranku ada dia! Aku sudah bertekad untuk jadi orang baik dan membiasakan hal- hal baik dalam hidupku. Sebaliknya membuang jauh- jauh kebiasaan buruk. Aku sadar diri kehadirannya adalah ujian. Manusia yang begitu baik. Tapi aku tidak bisa terus mengikuti egoku. Meski aku akui amat suka saat didengar dan diperdengarkannya banyak hal. Tapi aku harus lakukan ini! Tidak boleh ada prioritas nomor satu selain Dia dalam hati dan fikiranku!” ujar Kay.

Apa mungkin?

Aku tidak tahu apakah ini akan berhasil atau gagal. Itulah hebatnya Tuhanku, Dia tidak melihat hasil melainkan proses. Jadi tugasku sekarang adalah menunjukkan pada-Nya usaha kerasku. Aku ingin buat-Nya bangga!” lanjut Kay.
***

Kay, Kay.. diluar sana orang dengan bebasnya berekspresi dengan rindu. Kau masih saja seprimitif itu. Bukankah Tuhanmu Maha Baik. Sesederhana rindu saja, mengapa kau takut?

Tidak. Tidak Kay! Teruskan keyakinanmu! Aku percaya kau punya alasan lebih dari sekedar yang kau ungkapkan. Tidak boleh ada yang merusak mimpi- mimpi mu, bahkan tidak denganku. Tapi jangan menanggung ini semua sendirian. Jika rindu sudah terlalu menyiksamu, datang dan ceritakanlah padaku. Aku yakin itu akan sedikit membantu. Kau tidak perlu takut. Dengan berbagi padaku, Tuhan tidak akan cemburu. Percayalah.


“Jika kau tanya perihal hati yang rusak, maka itu adalah hatiku! Aku menikamnya setiap hari hanya agar rasa rindu hilang terlindas rasa sakit. Aku sudah berumur. Namun aku belum berhasil mewujudkan mimpi- mimpiku. Maka biarlah, biarlah aku ikhtiari dulu mimpi- mimpiku ini, sebelum rasa rindu jadi perihal yang boleh dengan halal aku rasakan. Aku hanya mengikuti jawaban dari setiap doaku. Engkau menyayangiku dan Maha Tahu yang baik buatku. Aku percaya. Sepenuhnya. Biarlah seperti ini. Cinta perlu pengorbanan bukan? Begitupun cinta pada- Mu. Maka dari itu Tuhan, tolong sayangi aku dan jangan biarkan aku merasa sendirian” doa Kay lirih.



Sumber gambar : http://edwin-picture-florafauna.blogspot.com/2011/02/embun-pagi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar