Sederhana Saja, Ini Rindu!
Kay
berbekal sebuah pisau digenggamannya setiap hari. Pisau yang ia bawa- bawa
kemanapun ia pergi. Pisau yang ia sertai dalam aktivitas apapun dalam hidupnya.
Pisau yang sebenarnya tidak cukup tajam, tapi mampu membuatnya berdarah.
“Aku harus tusuk hatiku tiap kali
aku rindu, pisau ini berfungsi bukan?” ujarnya dalam hati.
Kay
berfikir sakitnya sayatan pisau akan mengalahkan sakitnya rindu. Ah, naif. Begitukah?
Mengapa rindu harus diredam? Kau takut pada sesuatu! Ya, kau takut! Dan ketakutan
tersebut membuatmu rela menempuh jalan yang kurang kau sukai.
Bagaimana
mungkin orang sepertimu dapat menolak pertemanan yang tulus? Hahaha.. Kay
terlalu belagu. Tapi aku belum selami
sudut pandangnya saat sendirian malam- malam. Apa yang akan terjadi jika aku
tahu isi pikirannya malam ini? Oke, aku bersedia sakit kepala lagi memikirkan
hal rumit tentang dirimu, Kay.
***
Penelusuranku
berbuah hasil. Oh, begitu rupanya. Koreksi jika penilaianku ini salah Kay.
Jadi
kau menyuruhnya pergi hanya karena kau merasa bayangannya selalu mengganggumu
saat shalat dan mengaji? Aku mengerti, kau merasa bersalah pada Tuhan. Tuhan
yang telah memberimu segalanya. Kasih sayang, perhatian, penjagaan, kesehatan, rahmat,
hikmah, udara dan semua hal berharga dalam hidup. Saat kau sedang asik
memandang yang kau cintai, mana mungkin yang kau cintai tidak cemburu jika kau
berpaling memandang yang lain? Iya kan, Kay?
Jadi
ini alasan kau dengan tega menyuruhnya hengkang dari segala sendi kehidupanmu? Padahal
kau sejujurnya senang ada manusia yang mau mendengarkanmu dengan baik saat
manusia- manusia lain tak punya waktu. Dia manusia yang dapat melihat segala
sisi hidupmu. Jangankan hal baik, hal buruk dirimu saja dia suka. Ah, luar
biasa sekali. Jarang bukan kau temui orang seperti itu?
Bahkan
kau tidak perlu menjadi orang lain dan membagus- baguskan diri hanya untuk
membuatnya terkesan. Tapi kau mengusirnya! Ku coba mengerti ini semua Kay,
meski sudut pandangku menganggap, ini berlebihan! Ya mau bagaimana lagi, itu
pilihanmu, hak mu.
Terkadang
saat sedang diam sendirian aku teringat perkataanmu malam itu.
“Bagaimana mungkin aku bisa menggapai cita-
citaku untuk bisa shalat khusyuk, mengaji dengan hati yang syahdu dan tahajud
dengan penuh rasa haru jika dalam hati dan fikiranku ada dia! Aku sudah
bertekad untuk jadi orang baik dan membiasakan hal- hal baik dalam hidupku. Sebaliknya
membuang jauh- jauh kebiasaan buruk. Aku sadar diri kehadirannya adalah ujian. Manusia
yang begitu baik. Tapi aku tidak bisa terus mengikuti egoku. Meski aku akui
amat suka saat didengar dan diperdengarkannya banyak hal. Tapi aku harus
lakukan ini! Tidak boleh ada prioritas nomor satu selain Dia dalam hati dan
fikiranku!” ujar Kay.
Apa
mungkin?
“Aku tidak tahu apakah ini akan berhasil atau
gagal. Itulah hebatnya Tuhanku, Dia tidak melihat hasil melainkan proses. Jadi tugasku
sekarang adalah menunjukkan pada-Nya usaha kerasku. Aku ingin buat-Nya bangga!”
lanjut Kay.
***
Kay, Kay.. diluar sana orang dengan bebasnya berekspresi dengan rindu. Kau masih
saja seprimitif itu. Bukankah Tuhanmu Maha Baik. Sesederhana rindu saja,
mengapa kau takut?
Tidak.
Tidak Kay! Teruskan keyakinanmu! Aku percaya kau punya alasan lebih dari
sekedar yang kau ungkapkan. Tidak boleh ada yang merusak mimpi- mimpi mu,
bahkan tidak denganku. Tapi jangan menanggung ini semua sendirian. Jika rindu
sudah terlalu menyiksamu, datang dan ceritakanlah padaku. Aku yakin itu akan
sedikit membantu. Kau tidak perlu takut. Dengan berbagi padaku, Tuhan tidak
akan cemburu. Percayalah.
“Jika kau tanya perihal hati yang
rusak, maka itu adalah hatiku! Aku menikamnya setiap hari hanya agar rasa rindu
hilang terlindas rasa sakit. Aku sudah berumur. Namun aku belum berhasil
mewujudkan mimpi- mimpiku. Maka biarlah, biarlah aku ikhtiari dulu mimpi-
mimpiku ini, sebelum rasa rindu jadi perihal yang boleh dengan halal aku
rasakan. Aku hanya mengikuti jawaban dari setiap doaku. Engkau menyayangiku dan
Maha Tahu yang baik buatku. Aku percaya. Sepenuhnya. Biarlah seperti ini. Cinta
perlu pengorbanan bukan? Begitupun cinta pada- Mu. Maka dari itu Tuhan, tolong
sayangi aku dan jangan biarkan aku merasa sendirian”
doa Kay lirih.
Sumber gambar : http://edwin-picture-florafauna.blogspot.com/2011/02/embun-pagi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar