Sumber gambar : www.arrahmah.com
Entah
yang saya alami setahun kebelakang ini termasuk kemunduran atau kemajuan. Tapi,
saya merasa damai. Lebih bahagia. Sakit saya pun sekarang jarang kambuh. Sebuah
kesalahankah ini?
Jika
orang lain bertanya, “Memang awal mulanya seperti apa?”. Jujur, saya pun tidak
tahu persis. Tapi semua berjalan begitu alamiah, tanpa pernah saya duga. Saya dengan
senang hati mengikuti kemana langkah kaki tertuju. Satu bekal saya saat itu,
yakin. Yakin bahwa Allah tidak akan ingkar janji. Allah sudah berjanji tidak
akan membiarkan saya sendirian, dan membiarkan semua yang saya alami dalam
hidup berbuah kesia- siaan.
Ini
perspektif saya. Sejujurnya saya sebelumnya tidak seperti saya yang sekarang. Tapi
saya tetaplah saya dalam beberapa hal. Banyak hal malah.
Setahun
kebelakang banyak sekali insan luar biasa yang saya temui. Rasanya nyaris
seperti masuk sebuah lorong waktu. Tiba- tiba saja saya berada di tempat, situasi,
atmosfir dan warna berbeda.
“oh,
begitu ternyata kelihatannya saya dari sisi lain, saya yang dulu.”
Kurang
lebih itu yang saya rasakan saat duduk di serambi Mesjid Pus’dai, sambil
memandangi sekelompok akhwat berjilbab lebar dan bergamis, juga sekelompok
ikhwan dengan celana bahan dan jaket khas seorang aktivis dakwah. Tulisan-
tulisan berhuruf capital terpampang di bagian belakang jaket mereka, organisasi
A lah, jama’ah B lah, beserta motto mereka yang salah satunya “hidup mulia atau mati syahid!”
Saya
tidak seperti mereka. Malu, tapi saya akui saja, saya memang belum sholehah,
seperti mereka. Isi hati dan otak saya nyaris dipenuhi oleh hal- hal sederhana.
Ya, sederhana saja. Semisal, “buang
sampah pada tempatnya”, “jangan menyakiti orang lain dengan perangai buruk dan
sikap yang tidak baik”, “patuhlah pada orang tua selama apa yang mereka
perintahkan itu baik”, “jauhi prasangka buruk”, “jangan memperolok- olok orang
lain”, “habiskan makanan, jangan biarkan mubadzir”, dan lain- lain.
Ah,
nyaris 100 % sederhana. Lantas kenapa saya katakan demikian? Hmm, mungkin
karena saya pernah rumit sebelumnya. Ya, sebelum setahun kebelakang terjadi. Saya
rumit, kaku, kurang “open mind”, tidak jadi diri sendiri. Saya. Saya yang
bahkan bukan saya. Saya tidak kenal saya yang dulu. Terlalu asing.
Dan
dunia lain yang amat berbeda pun mulai mengakrabi saya. Kisah hidup A, B, C, D
dan banyak lagi manusia- manusia yang menurut saya luar biasa. Ya, itu semua
mulai merubah cara pandang saya akan hidup. Ya Allah, damai sekali mereka,
wajahnya, perkataannya, air matanya.
Mereka
pernah tersesat, pernah salah, pernah terperosok. Dan beruntungnya saya, karena
tanpa perlu alami rasa sakit, saya dapat meminta hikmahnya. Ini nyaris membuat
saya kelu. Seluas itukah hidup. Seluas itukah kebaikan. Dan, seluas itukah
hikmah. Tolong tampar saya! Saya tidak bisa bergerak.
“Kenapa baru sekarang! Bodohnya saya!”
“Dimana imanmu?”
“Jangan sekali- kali lagi katakan andai
saja, coba saja, seharusnya tidak seperti ini dan bla bla bla bla ..”
“Tapi katakanlah, ini lah yang
terbaik yang memang harus terjadi. Karena tidak akan pernah terjadi, apa- apa
yang tidak Allah kehendaki. Dan, pasti terjadi, apa- apa yang memang Allah
kehendaki! Ini sudah kehendaknya, bersyukurlah wahai diri!”
Mereka,
yang jalan hidupnya luar biasa. Yang jatuh bangun mencari hidayah-Nya. Yang terluka
dan bahagia karena cinta-Nya. Yang berjuang sekuat tenaga untuk hal- hal
sederhana yang mereka yakini. Yang membuat saya tidak bisa berhenti menangis
karena malu. Malu karena terlanjur berfikir sempit akan cinta-Nya. Semoga tidak
terlambat bagi saya memperbaikinya.
Mereka,
ber-Tuhan dengan amat sederhana namun membuat saya kikuk. Lagu mereka, nyanyian
mereka, sikap mereka, pakaian mereka, teriakan mereka. Lebih dari itu, hidup
mereka adalah ekspresi mereka dalam ber-Tuhan.
Atas
banyak hal baik yang saya peroleh dengan jalan mengenal kalian. Dengan ini saya
nyatakan bahwa saya bahagia sekarang. Saya tidak lagi dibebani harus begini dan
begitu hanya untuk terlihat baik. Saya tidak lagi membohongi hati nurani saya,
ini saya. Sungguh sebuah kebahagian dalam hidup saya, karena saya dapat menjadi
diri sendiri. Benar- benar jadi diri sendiri. Kepura- puraan sudah saya suruh
pergi jauh- jauh.
Ini
saya dan ekspresi saya dalam ber-Tuhan.
Terimakasih
teruntuk teman- teman yang menjadi jalan.
Semoga
saya dan kalian dapat istiqomah dalam perjalanan menuju-Nya.
Alhamdulillah..
*Teruntuk
teman- teman yang ‘berpakaian hitam’, kalian tidak kelam, kalian membawa cahaya
kalian masing- masing :) :) :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar