Senin, 19 Mei 2014

Saya dan Ekspresi ber-Tuhan


Sumber gambar : www.arrahmah.com

Entah yang saya alami setahun kebelakang ini termasuk kemunduran atau kemajuan. Tapi, saya merasa damai. Lebih bahagia. Sakit saya pun sekarang jarang kambuh. Sebuah kesalahankah ini?

Jika orang lain bertanya, “Memang awal mulanya seperti apa?”. Jujur, saya pun tidak tahu persis. Tapi semua berjalan begitu alamiah, tanpa pernah saya duga. Saya dengan senang hati mengikuti kemana langkah kaki tertuju. Satu bekal saya saat itu, yakin. Yakin bahwa Allah tidak akan ingkar janji. Allah sudah berjanji tidak akan membiarkan saya sendirian, dan membiarkan semua yang saya alami dalam hidup berbuah kesia- siaan.
Dan satu hal lagi, Allah sesuai prasangka hamba-Nya. Ah, sempurna. Allah Maha Baik.

Ini perspektif saya. Sejujurnya saya sebelumnya tidak seperti saya yang sekarang. Tapi saya tetaplah saya dalam beberapa hal. Banyak hal malah.

Setahun kebelakang banyak sekali insan luar biasa yang saya temui. Rasanya nyaris seperti masuk sebuah lorong waktu. Tiba- tiba saja saya berada di tempat, situasi, atmosfir dan warna berbeda.

“oh, begitu ternyata kelihatannya saya dari sisi lain, saya yang dulu.”

Kurang lebih itu yang saya rasakan saat duduk di serambi Mesjid Pus’dai, sambil memandangi sekelompok akhwat berjilbab lebar dan bergamis, juga sekelompok ikhwan dengan celana bahan dan jaket khas seorang aktivis dakwah. Tulisan- tulisan berhuruf capital terpampang di bagian belakang jaket mereka, organisasi A lah, jama’ah B lah, beserta motto mereka yang salah satunya “hidup mulia atau mati syahid!

Saya tidak seperti mereka. Malu, tapi saya akui saja, saya memang belum sholehah, seperti mereka. Isi hati dan otak saya nyaris dipenuhi oleh hal- hal sederhana. Ya, sederhana saja. Semisal, “buang sampah pada tempatnya”, “jangan menyakiti orang lain dengan perangai buruk dan sikap yang tidak baik”, “patuhlah pada orang tua selama apa yang mereka perintahkan itu baik”, “jauhi prasangka buruk”, “jangan memperolok- olok orang lain”, “habiskan makanan, jangan biarkan mubadzir”, dan lain- lain.

Ah, nyaris 100 % sederhana. Lantas kenapa saya katakan demikian? Hmm, mungkin karena saya pernah rumit sebelumnya. Ya, sebelum setahun kebelakang terjadi. Saya rumit, kaku, kurang “open mind”, tidak jadi diri sendiri. Saya. Saya yang bahkan bukan saya. Saya tidak kenal saya yang dulu. Terlalu asing.

Dan dunia lain yang amat berbeda pun mulai mengakrabi saya. Kisah hidup A, B, C, D dan banyak lagi manusia- manusia yang menurut saya luar biasa. Ya, itu semua mulai merubah cara pandang saya akan hidup. Ya Allah, damai sekali mereka, wajahnya, perkataannya, air matanya.

Mereka pernah tersesat, pernah salah, pernah terperosok. Dan beruntungnya saya, karena tanpa perlu alami rasa sakit, saya dapat meminta hikmahnya. Ini nyaris membuat saya kelu. Seluas itukah hidup. Seluas itukah kebaikan. Dan, seluas itukah hikmah. Tolong tampar saya! Saya tidak bisa bergerak.

Kenapa baru sekarang! Bodohnya saya!
“Dimana imanmu?”
“Jangan sekali- kali lagi katakan andai saja, coba saja, seharusnya tidak seperti ini dan bla bla bla bla ..”
“Tapi katakanlah, ini lah yang terbaik yang memang harus terjadi. Karena tidak akan pernah terjadi, apa- apa yang tidak Allah kehendaki. Dan, pasti terjadi, apa- apa yang memang Allah kehendaki! Ini sudah kehendaknya, bersyukurlah wahai diri!”

Mereka, yang jalan hidupnya luar biasa. Yang jatuh bangun mencari hidayah-Nya. Yang terluka dan bahagia karena cinta-Nya. Yang berjuang sekuat tenaga untuk hal- hal sederhana yang mereka yakini. Yang membuat saya tidak bisa berhenti menangis karena malu. Malu karena terlanjur berfikir sempit akan cinta-Nya. Semoga tidak terlambat bagi saya memperbaikinya.

Mereka, ber-Tuhan dengan amat sederhana namun membuat saya kikuk. Lagu mereka, nyanyian mereka, sikap mereka, pakaian mereka, teriakan mereka. Lebih dari itu, hidup mereka adalah ekspresi mereka dalam ber-Tuhan.

Atas banyak hal baik yang saya peroleh dengan jalan mengenal kalian. Dengan ini saya nyatakan bahwa saya bahagia sekarang. Saya tidak lagi dibebani harus begini dan begitu hanya untuk terlihat baik. Saya tidak lagi membohongi hati nurani saya, ini saya. Sungguh sebuah kebahagian dalam hidup saya, karena saya dapat menjadi diri sendiri. Benar- benar jadi diri sendiri. Kepura- puraan sudah saya suruh pergi jauh- jauh.

Ini saya dan ekspresi saya dalam ber-Tuhan.

Terimakasih teruntuk teman- teman yang menjadi jalan.
Semoga saya dan kalian dapat istiqomah dalam perjalanan menuju-Nya.
Alhamdulillah..

*Teruntuk teman- teman yang ‘berpakaian hitam’, kalian tidak kelam, kalian membawa cahaya kalian masing- masing :) :) :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar